First Morning (Al & Cici)



Al's First Morning

     Sh*t!

    Langkah Al terhenti sembari mengutuk dalam hati. Baru saja ia melihat Toni memasuki kelas di ujung timur lorong. XI IPS 2. Itu yang tertulis di papan kecil yang menggantung di atas pintu ruang itu. Itu pula yang tercantum di rapor Al semester lalu.

    Jantung Al berdebar kencang. Bayangan tentang satu kelas bersama Toni di dua tahun kedepan membuat ia panik. Sudah setahun lamanya dia berhasil menghindari teman les semasa SMP nya itu. Tidak bertatap muka, tidak saling bicara, walau seringkali Al mencuri pandang saat Toni tidak melihat.

    Cukup mudah menghindari Toni saat mereka duduk di kelas yang berbeda. Tapi kalau sekelas? Bagaimana kalau nanti mereka berada di tim piket yang sama? Bagaimana kalau misalnya ada tugas kelompok dan mereka jadi satu kelompok?  Bagaimana kalau Al lagi-lagi menjadi bendahara kelas dan harus benar-benar berbicara langsung ke Toni untuk menagih uang kas setiap minggu?

    Al meraba jilbabnya di bagian dahi, turun ke rahang, lalu ke bros berwarna perak di ujung lehernya, kebiasaan yang tumbuh sejak ia berumur 13 tahun. 

    Tarik napas.
     
    Al menarik napas dalam-dalam dan menutup matanya. 
    
    Hembuskan.

    Saat Al membuka matanya, ia kembali merasakan sensasi jantung terjatuh ke dalam perutnya. Toni sedang berjalan di lorong menuju arahnya, masih membawa ranselnya, masih dengan rambut yang tampak setengah basah, masih dengan langkah yang seolah-olah ia menguasai lorong menguasai seluruh penjuru sekolah, masih dengan tatapan 'aku-tahu-aku-keren-tapi-biasa-aja-dong' yang Al sadari Toni selalu memilikiknya setelah melewati gadis-gadis di sekolah itu.

    Cih. Sok banget. 

    Lalu keajaiban terjadi. Toni berbelok masuk ke ruang kelas kedua dari ujung timur lorong.

    Al masih terpaku. Ia menunggu sebentar untuk memastikan bahwa kali ini Toni benar-benar masuk ke ruang kelas itu untuk meletakkan ransel di atas kursinya, lalu duduk-duduk bersama murid-murid lelaki lain di suatu pojok, dan mengobrol tentang sepak bola, desain Ferrari terbaru, atau pikiran mesum masing-masing.

    Setelah beberapa menit menunggu, Toni tidak muncul lagi. Al bernapas lega. Toni tidak sekelas dengannya. Tidak ada yang perlu dikawatirkan. Dalam hati Al terkikih. Ia menertawakan diri sendiri yang begitu bodohnya, begitu mudahnya bereaksi terhadap hal sepele. Ia pun kembali melangkah. 

Hampir saja.

Hampir.

***

Cici's First Morning

    Dengan langkah terseok, Cici memasuki gerbang SMA nya. Gilang baru saja berlalu menuju SMA nya yang tidak jauh dari situ dan Cici sudah merindukannya. Ada sesuatu di Gilang yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Ada sesuatu di Gilang yang membuatnya bisa melupakan masalah hidupnya yang melelahkan. Lalu saat Gilang tidak bersamanya, Cici kembali ingat.
    
    Masih terngiang kalimat Ibunya dua minggu yang lalu. Masih terbayang jelas merah padamnya wajah yang tirus itu. Masih terasa nyeri pula lengan kanannya maupun kiri, di beberapa titik tertentu.

     "MAU JADI APA??!" teriak Ibunya waktu itu.

    Cici tidak ingat apa yang memantik pertengkaran mereka saat itu. Mungkin karena Cici sering pulang malam. Mungkin karena bungkus rokok yang Cici taruh di laci meja ditemukan Ibunya. Mungkin karena nilai Cici terus menurun. Mungkin karena rok yang sering Cici pakai terlalu pendek. Mungkin karena Cici selalu menjawab ketika dimarahi. Terlalu banyak alasan mereka bertengkar. Terlalu sering terjadi.

    Cici menaiki tangga menuju ruang kelas barunya. Ia bersyukur ditempatkan di kelas XI IPS 2. Setidaknya banyak teman-temannya yang berada di kelas itu. Dengar-dengar, anak-anak yang memiliki reputasi nakal di mata guru ditempatkan di sana dan kebetulan Cici berteman baik dengan anak-anak 'nakal' tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, Cici senang berteman dengan laki-laki. Laki-laki jarang menanyakan hal-hal yang tidak penting. Laki-laki tidak cerewet.

    Beberapa murid sudah mengisi kursi-kursi di dalam ruang itu. Beruntung tempat favorit Cici belum terisi. Cici segera meletakkan tasnya di kursi paling pinggir, dekat dengan tembok, baris ketiga dari depan.

    "Lho, Ci, nggak masuk kelas IPA?"

    Cici menoleh. Dilihatnya Esa, salah satu cewek pintar dan populer di sekolah, berdiri di belakangnya. Cici satu kelas dengan Esa di kelas X dan beberapa kali mereka mengobrol basa-basi tentang pe-er atau apapun. Esa orang yang ramah, ia disukai oleh semua orang, baik murid, guru, maupun satpam atau petugas kantin sekalipun. Ya, walau tentu saja ada beberapa murid yang hobi bergosip di belakang punggungnya.

    "Kamu sendiri nggak masuk IPA?" tanya Cici balik, tidak nyaman menjawab pertanyaan Esa dengan jujur.

    "Enggak, aku pengen kuliah di Hubungan Internasional", jawab Esa dengan senyumnya yang selalu terlihat tulus. "Btw, kamu udah janjian duduk bareng siapa? Aku duduk bareng kamu ya!"

    Cici tertegun. Ia berencana duduk dengan teman laki-lakinya, seperti saat dia kelas X. Saat dia berniat menolak, ada yang terbersit di pikirannya. Mungkin Esa bisa membantu Cici untuk mendapat nilai yang lebih bagus sehingga Cici dapat menunjukkan kepada Ibunya bahwa di kelas IPS dia bisa berprestasi.  

    "Oke," jawab Cici singkat.

    Cici duduk di kursinya, selagi Esa meletakkan tas di kursi sebelahnya dan berkata bahwa dia harus ke ruang BK untuk melapor bahwa ia resmi memutuskan untuk pindah kelas. Sesaat setelah melihat Esa keluar dari kelas, Cici menyilangkan tangannya di atas meja dan meletakkan kepala di atas tangannya. Wajahnya menghadap ke tembok. Lalu ia memejamkan matanya.

    Jadi apa saja, asal bukan Ibu.


-----------------------------------------------------------------------------------------




Halo!
Mohon maaf dengan sangat, aku belum ngelanjutin cerita Bumi 2245 karena....susah nulis science fiction. Hiks. Pikiranku macet. Bingung mau dibawa ke mana ceritanya dan bagaimana. Jadi. Yah. Stop dulu deh. Kalau udah ada insight aku post di sini.

Cerita Cigarettes, Sex, and Alcohol ini insyaallah akan aku perbarui setiap seminggu-dua minggu sekali (niatnya). Judulnya kalau ke-sangar-en bilang ya hahahaha.
Akan ada empat karakter utama, Al, Esa, Cici, dan Enriqueta. Ceritanya tentang problematika cewek-cewek remaja/dewasa awal gitu. Diawali saat mereka SMA di beberapa tulisan awal, nanti terus lanjut di bangku kuliah.
Nanti akan ada konten dewasanya, dari judulnya udah kelihatan kan ya.... Sebenarnya agak ragu juga mau nulis ini, tapi kok kepengen nulis hahaha. Semoga saja saya tetap berani nge-post tulisan ini di sini.
Gambarnya aku ambil dari sini,terus aku urek-urek pake photoshop.
Mohon masukannya ya teman-teman!
;D

2 comments: