Aku pernah bermimpi aku sedang berlari.

Orisinil banget, ya? Hahahaha. Aku rasa banyak orang yang pernah mimpi lagi berlari.

Mimpi nggak selalu adalah hasil represi. Mimpi juga nggak selalu punya arti tersembunyi. Apanya yang tersembunyi dari aktivitas lari, coba? Udah jelas lah itu, artinya apa. Terpampang nyata. Nggak perlu kognisi tingkat tinggi untuk menerjemahkannya. Mudah. Apalagi untuk orang-orang macam kita yang mencari-cari makna dari yang fana; yang kita akui hanya sekedar hobi tapi sering kali jadi satu-satunya harapan biar kuat bertahan hidup.

Ketika terbangun dari mimpi itu, aku mengingat-ingat orang yang ada di mimpiku. Aku ingat juga kenapa aku berlari, aku lari dari apa, untuk apa aku berlari, dan yang paling penting adalah aku tahu bahwa pelarianku adalah sia-sia.

Itu semua sudah aku ketahui sebelum bermimpi. Secara sadar aku tahu kecemasan mengenai apa yang sedang aku usahakan, apa yang aku inginkan tapi nggak bakal bisa aku dapatkan, dan hal tertentu yang aku hindari, paling anti, dan nggak mau mengalami lagi di lain kali.

Mimpiku yang ini semacam gambaran dari hari-hari yang sedang aku lalui saat itu. Kalau kata orang Jawa, itu namanya ketonto. Kalau kata orang nyebelin, ini cuma kebetulan terus disambung-sambungin aja padahal nggak nyambung. Nggak usah dengerin orang nyebelin, ya. Dengerin lagu ini aja, sama nggak cetho-nya kayak tulisan ini.

See you!