"Halo.."

      Kamu mendongak dari kertas putih yang sedang kamu gambari. Alismu menaik sesaat saat melihatku masuk dan duduk di depanmu.

       Aku melongok, melihat apa yang sedang kamu gambar. Tapi kamu segera menutupinya. Saat aku sedang membuka bibir untuk memprotes, kamu menjulurkan lidah. Bercanda. Aku tertawa. Kamu tertawa.

      "Hey," katamu setelah berhenti mengerjaiku, "Kamu tahu, untuk sekarang masalahmu hanya satu."

     Aku menghela nafas. Walau begitu, aku masih tersenyum. Aku paham betul maksudmu.

     "Selesaikan ya," katamu sambil mengedipkan sebelah mata.

      Dadaku berdebar-debar, mulai gelisah. Tapi masih kurasakan sudut bibirku membentuk sesimpul senyuman. Aku mengangguk-angguk. Aku kembali merasakan beban itu kembali sekaligus getaran semangat untuk menyelesaikannya.

      "Okay. Let's do this!"

Cuma Satu : Semangat

by on June 30, 2014
     "Halo.."       Kamu mendongak dari kertas putih yang sedang kamu gambari. Alismu menaik sesaat saat melihatku masuk dan...
It's funny when my dream makes my mood better when I wake up the morning after. It's just a dream, literally a dream. It can't  happen. It's not real. I should not believing it.

But it felt real.

But it makes me smile.

It makes me wonder. How if someday those dreams come true? Maybe not exactly the same, but maybe the situation will occur in the real life timeline someday.

It makes me wonder. What will I do then?

It's funny when my dream makes my mood better when I wake up the morning after. It's just a dream, literally a dream. It can't  happen. It's not real. I should not believing it.



I guess I just had a beautiful dream.

Dreamy Dreams

by on June 29, 2014
It's funny when my dream makes my mood better when I wake up the morning after. It's just a dream, literally a dream. It can't ...
Dulu pas saya nggak gendut, saya sering ngeluh gendut. Duh. I was such a whiny b*tch. 

Sekarang, setelah saya gendut beneran, saya sadar bahwa gendut atau enggak, itu nggak pengaruh ke kecantikan yang kita miliki. Yang terpenting adalah hati yang baik dan percaya diri aja. Percayalah, nggak ada senyum yang bikin wajah jadi jelek.

Aku pernah baca di salah satu post Instagram atau Path teman, yang motret salah satu novelnya Roald Dahl. Saya lupa persisnya gimana. Intinya, kamu bisa punya gigi yang mencuat, hidung yang bengkok, dan rambut yang awut-awutan, tapi kalau kamu tersenyum ramah dari hati, kamu akan terlihat menarik.

Itu bener lho.

Yang penting itu percaya aja kalau diri kamu itu cantik. Nyatanya saya tetep imut-imut walau badan saya melebar. Saya tetep cantik kalau senyum.

Eh, apa saya yang ke-pede-an ya hahahahaha

Saya inget, beberapa tahun yang lalu saya pernah nge-twit :

Kalah langsing sih, tapi nggak kalah cantik ;)

Hahahaha

Mohon maafkan diri saya yang agak narsis ini yaaa #sorrynotsorry

Tapi, itu berlaku juga buat kamu, wanita-wanita berbadan bongsor yang lagi minder karena bentuk tubuhmu. Fisik bukanlah satu-satunya hal yang mendiskripsikan kita. Kita punya otak, kita punya hati. Itu yang bikin kita cantik.

Fisik itu hanya bungkus yang sebenarnya bisa kamu kendalikan, kalau kamu mau. Yang penting sehat aja. Kalau memang tubuhmu perlu dikurangi beratnya, lakukan dengan olah raga dan makan makanan yang lebih bergizi. Saya pernah baca, olah raga dan makanan sehat bisa bikin kita lebih mudah untuk berpikir.

Kamu cantik kok. Kamu cuma nggak pede aja. Tuh liat cermin. Senyum deh.

Tuh kan, cantik :)
Selamat datang, bulan Ramadhan! :D

*nepuk-nepuk rebana, shalawatan*

Mohon maafkan kesalahan-kesalahan saya yang menyakiti hati kalian, sepertinya saya sering banget bikin orang lain bete atau marah atau malah saya yang sering bete dan marah-marah sehingga bikin orang lain ikut bete terus marah-marah.
Hehe
Maafkan ya :'

Mari berpuasa dengan hati yang lapang dan damai~
Semoga selalu diberkahi Allah SWT

Happy fasting, everyone!

Puasa Puasa

by on June 28, 2014
Selamat datang, bulan Ramadhan! :D *nepuk-nepuk rebana, shalawatan* Mohon maafkan kesalahan-kesalahan saya yang menyakiti hati kal...
           “Kenapa aku selalu minum coklat?”

          Kamu mendongak dari cangkirmu, menatapku bingung.

          “Maksudku, aku juga suka minum teh, sepertimu. Tapi kenapa setiap kita bertemu, aku selalu yang minum coklat?”, kataku lagi.

          “Kenapa pertanyaanmu selalu konyol?”, balasmu dengan mimik tidak percaya.

          Aku mengangkat bahu, tanda bahwa aku tidak tahu dan aku tidak peduli.

          “Mungkin,” lanjutmu mulai serius, “karena kamu selalu datang kepadaku ketika kamu sedang tidak bisa melihat sesuatu dengan jelas. Pikiranmu sedang tidak jernih, pikiranmu sedang sepekat coklat yang sedang kamu minum.”

          Aku memiringkan kepalaku, mendengarkanmu dengan seksama.

           “Karena itu pula, kamu mencariku. Kamu mencari teh. Kamu mencari antioksidan. Kamu mencari sesuatu yang bisa menjernihkan isi kepalamu. So, here you are, talking to me."

          Kita saling menatap. Aku menganguk-angguk.

           Does it make sense?

           “It does for me,” jawabku, kembali menyesap isi mug  yang masih panas.

Some Conversation

by on June 27, 2014
           “Kenapa aku selalu minum coklat?”           Kamu mendongak dari cangkirmu, menatapku bingung.           “Maksudku, aku ju...
Ketika rasanya hari ini sama saja dengan hari kemarin, kemarinnya lagi, kemarinnya kemarinnya kemarin lagi, kemarinnya kemarinnya kemarinnya kemarin, dan ulang kata 'kemarin' sampai ratusan kali.

Lalu tersadar bahwa aku tidak melakukan apa yang aku niati.

Lalu aku mulai tidak percaya lagi dengan apa yang aku katakan, apa yang aku pikirkan.

Lalu tubuhku bereaksi.

Jantungku berdegup kencang, dadaku terasa sesak, dan seluruh tubuhku tidak bisa tenang. 

Seolah aku kehilangan kendali atas tubuhku sendiri

Seolah aku kehilangan kendali atas pikiranku sendiri.

Ketakutanku terjadi.

Kehilangan kendali.

Dan, ya.

Aku sedang kehilangan kendali.
I know you
I walked with you once upon a dream
 
I know you
The gleam in your eyes is so familiar a gleam
 
Yet, I know it's true
That visions are seldom all they seem

But If I know you, I know what you'll do
You'll love me at once
The way you did once upon a dream


(Disney - Once Upon A Dream)

 
 
Saya pengen banget nonton Maleficent. Setelah kemarin ngeliat yang nyanyiin Once Upon A Dream adalah Lana Del Rey, saya langsung suka banget sama lagu yang jadi kedengeran creepy ini. Njuk jadi makin kepingin nonton Maleficent. Tapi ada daya, duit di kantong belum ada. Ya wis. Nunggu Anas punya filmnya aja hahahahaha :))

Wis. Ngono wae.

A Dream

by on June 26, 2014
I know you I walked with you once upon a dream   I know you The gleam in your eyes is so familiar a gleam   Yet, I know it's tr...
Kemarin, saya piknik  Gunung Gedhe, bagian dari Gunung Nglanggeran yang terletak di Gunung Kidul.

Err oke, ada tiga kata 'gunung' di kalimat barusan. Ah, moving on.

Saat diajak ke Nglanggeran oleh salah seorang teman, saya nggak tahu kalau itu bisa disebut hiking, karena waktu itu yang terbersit di kepala saya adalah : jalan-jalan di gunung. 

Penggunaan kata 'jalan-jalan' itu sedikit menyesatkan. Kurang spesifik. Bagi saya yang menangkap kata 'jalan-jalan' adalah kegiatan berjalan santai, maka saya asumsikan di Nglanggeran juga santai. Di salah satu blog yang saya baca juga bilang nggak terlalu capek. Setelah tanya-tanya ke kakak saya yang pernah ke sana, dia bilang nggak capek-capek banget. Lumayanlah, katanya. Jadi saya percaya-percaya saja. Karena pada bilang begitu, sehari sebelumnya saya tetap berenang sampai puas dan malamnya masak nasi goreng gila-gilaan (karena lelah renang+udara yang kebetulan lagi sumuk) untuk bekal keesokan harinya. Saya bawa bekal karena mau ngirit. Sekalian pamer masakan ke Mas pacar hihihi :p

Selama ini, kegiatan hiking yang saya ketahui adalah naik gunung dan berkemah di sana, sehingga melibatkan kegiatan berjalan di jalur gunung yang ekstrim dan menginap. Peralatannya pun macam-macam, bawa tenda, tali temali, tikar, minuman berliter-liter, dan lain sebagainya. Kalau saya baca dari sini, walaupun nggak pake menginap sepertinya sudah bisa dibilang hiking. Lokasi yang sudah dimudahkan, ada petunjuk, dan tidak memakan waktu yang lama, adalah ciri-ciri hiking. Wah, berarti saya selama ini salah istilah. Saya pikir yang singkat itu tracking, bukan hiking.

Tapi setelah baca artikel di sini, saya malah bingung. Apa benar yang kemarin saya lakukan itu hiking? Bukan cuma walking, yang artinya, ya bener...berjalan. Jadi saya sudah bener dari awal dong, jalan-jalan di gunung *bzzz*

Katakanlah kalau benar kemarin itu bisa disebut hiking, kalau tahu saya mau hiking, saya pasti bakal lebih semangat. Walaupun bukan hiking ala-ala Mapagama, tapi tetap saja hiking. Bukannya kemarin saya nggak semangat, tapi kalau saya tahu bakal hiking, saya bakal super excited! Ketahuilah teman, super excited itu bagi saya bersemangat dikalikan tujuh! Saya belum pernah hiking sebelumnya! Cuma masalah istilah aja sih, tapi sungguh, efeknya luar biasa bagi saya! :D

Penasaran sama perjalanan saya?

Eh apa?

Enggak? :(

Nggak apa deh, besok aja saya ceritanya yaaa.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------bersambung


Btw, saya utang dua hari SelapanNulis, hari Senin dan Selasa. Berarti ada 5 tulisan termasuk tulisan hari Rabu ini.
Saya boleh curang enggak? Hutangnya saya bayar satu dulu, yang lain besok. Gimana? Berarti untuk yang hari ini saya nggak utang ya, besok saya nulis 5 tulisan termasuk hari Kamis.
Hahaha
Sampai jumpa besok!

Saya Lagi Tepar

by on June 25, 2014
Kemarin, saya piknik  Gunung Gedhe, bagian dari Gunung Nglanggeran yang terletak di Gunung Kidul. Err oke, ada tiga kata 'gunung...
     "Masih cantik aku," kataku memecah kesunyian.

     Kamu duduk diseberang meja, menyesap secangkir teh panas tanpa melihat ke arahku.

     "Aku lebih menyenangkan," tambahku.

     Aku meletakkan tanganku di atas meja dan berpangku tangan. Aku mengawasi gerak-gerikmu, menunggu reaksi atas pernyataanku.

     "Mungkin aku tidak lebih baik," ucapku, "tapi jelas, aku lebih mempesona."

     Kamu meletakkan cangkir teh ke tatakannya. Dengan matamu yang jernih, kini kamu membalas tatapanku.

     "Apa kamu bisa membuat orang lain bahagia?", tanyamu.

   Tatapanmu membuat aku bersedih. Bukan berarti kamu telah melukaiku, kamu hanya mengemukakan kebenaran, kejujuran, yang sebenarnya terlalu takut aku utarakan. Aku pengecut. Kamu tahu itu, tapi kamu tidak mengatakannya.

     "Sungguh aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu," ucapku lirih.

     Aku menyeruput es coklat dari gelas dingin yang ada di depanku. Rasanya sedikit pahit. Tapi aku suka pahitnya coklat. Selalu berhasil membuatku lebih baik tanpa basa-basi manisnya gula yang berlebihan.

    "Tidak bisakah kamu duluan yang merespon mereka?" tanyaku. "Aku merasa bersalah. Setiap datang kepadamu, aku menyadari bahwa aku tidak pantas untuk hidup, namun setelahnya kamu memberikan alasan mengapa aku harus hidup."

    Kamu kembali menyesap teh panas itu. Kamu tersenyum kepadaku. Kemudian kamu berkata,

    "Aku akan selalu di sini saat kamu membutuhkanku. Dan, ya, kamu selalu membutuhkanku seperti aku yang selalu membutuhkanmu."

    Tatapanmu lurus ke arahku. Tiba-tiba aku melihat diriku di dalam dirimu.

   "Kita adalah satu. Mengerti?", katamu sambil mengedipkan satu mata ke arahku.

    Aku tersenyum. Mengangguk.

    Lalu menghela nafas panjang.

   "Sudahlah," katamu, "Lepaskan..."

Melepaskan

by on June 22, 2014
     "Masih cantik aku," kataku memecah kesunyian.      Kamu duduk diseberang meja, menyesap secangkir teh panas tanpa melih...
Blue jeans, white shirt
Walked into the room you know you made my eyes burn
It was like James Dean, for sure
You so fresh to death & sick as ca-cancer
You were sorta punk rock, I grew up on hip hop
But you fit me better than my favorite sweater, and I know
That love is mean, and love hurts
But I still remember that day we met in December, oh baby!

I will love you till the end of time
I would wait a million years
Promise you'll remember that you're mine
Baby can you see through the tears?
Love you more
Than those bitches before
Say you'll remember, oh baby, say you'll remember oh baby ooh
I will love you till the end of time

Big dreams, gangster
Said you had to leave to start your life over
I was like: "no please, stay here,"
We don't need no money we can make it all work
But he headed out on Sunday, said he'd come home Monday
I stayed up waitin', anticipatin' and pacin' but he was
Chasing paper
"Caught up in the game" that was the last I heard

I will love you till the end of time
I would wait a million years
Promise you'll remember that you're mine
Baby can you see through the tears?
Love you more
Than those bitches before
Say you'll remember, oh baby, say you'll remember oh baby ooh
I will love you till the end of time

You went out every night
And baby that's alright
I told you that no matter what you did I'd be by your side
Cause Ima ride or die
Whether you fail or fly
Well shit, at least you tried.
But when you walked out that door, a piece of me died
I told you I wanted more-but that not what I had in mind
I just want it like before
We were dancin' all night
Then they took you away- stole you out of my life
You just need to remember

I Will love you till the end of time
I would wait a million years
Promise you'll remember that your mine
Baby can you see through the tears?
Love you more
Than those bitches before
Say you'll remember, oh baby, say you'll remember oh baby ooh
I will love you till the end of time

(Lana Del Ray - Blue Jeans) 

Lagi seneng-senengnya dengerin lagu ini. It keeps ringing in my head, I can't stop it. Lagunya mesmerizing. Hahaha

Ah, jadi pengen beli celana jeans baru.


Btw, selamat ber-akhir pekan! :D

Blue Jeans

by on June 21, 2014
Blue jeans, white shirt Walked into the room you know you made my eyes burn It was like James Dean, for sure You so fresh to death &...
Bukan patah. Hanya kerusakan kecil, layaknya benda setelah terbentur dengan sesuatu yang lebih keras. Ada retakan kecil yang terlihat menjalar di salah satu sudutnya.

Tetap sakit. Nylekit. Tapi hanya sedikit.

Ah..but don't you worry.

We'll be fine.

:)

Retak

by on June 20, 2014
Bukan patah. Hanya kerusakan kecil, layaknya benda setelah terbentur dengan sesuatu yang lebih keras. Ada retakan kecil yang terlihat menj...
I know it, you know it. Let's get real.
We can't expect someone whose fall for us once to fall for us forever. No matter how great we think we are, nobody sees that because that's just in our mind.

But, you know. Sometimes that's what matters to us. That's what keeping us from the negativity of bullshit we have to deal everyday. As long as we stay nice to everyone whose been nice to us.

All that I know is we have a head, we have to use it. We have heart, so we have to shut up a second and listen to it carefully.



So...what do we have to do now?

I Don't Know

by on June 19, 2014
I know it, you know it. Let's get real. We can't expect someone whose fall for us once to fall for us forever. No matter how gre...
Beberapa waktu belakangan, saya melihat beberapa teman lelaki nge-twit tentang idola mereka. Entah itu support atau komentar dari foto idola tersebut. Tak disangka, laki-laki yang saya kenal bisa fangirling juga. Eh, kalau cowok berarti fanboying dong ya. Ya itu lah, apapun namanya. Yang jelas mereka juga bisa heboh kalau berkomentar tentang idolanya. Bukan, bukan fans sepak bola yang sedang saya bicarakan. Tapi fans nya JKT48.

Menurut saya, secara fisik JKT48 tidak begitu spesial. Cute, memang, tapi bukan wajah seperti artis lainnya yang katakanlah lebih disadari dan dilihatin kalau tampil di publik. Bukan berarti saya bilang wajah mereka nggak menarik, tapi dilihat dari orang-orang yang saya kenal selama hidup saya, banyak juga dari kenalan saya yang wajahnya menarik. Yang saya coba untuk katakan adalah wajah mereka standar. Manis, iya, tapi ya kayak manis nya adik-adik SMA atau mahasiswi baru yang nggak sengaja kita temui di Transjogja.

Dibandingkan dengan cewek-cewek kenalan saya yang suka fangirling artis Korea atau Jepang, mereka heboh sama laki-laki idola mereka yang memang terlihat beda, lebih disadari kalau mereka ada di tengah-tengah khalayak ramai. Lebih menonjol dan unik. Lebih berbeda dari yang biasa kita temui. Karena saya kenal duluan sama cewek-cewek tersebut dan sudah membicarakan fenomena fangirling beberapa kali, maka saya sudah terbiasa. Tapi kalau fanboy yang sampe heboh mengomentari idolanya yang berupa lawan jenis, baru saya temui akhir-akhir ini.

Kalau mau membandingkan, jatuhnya memang kurang adil. JKT48 kan orang Indonesia, hanya ada 1 kalau nggak salah, yang dari Jepang. Sedangkan yang diidolakan oleh kenalan cewek saya adalah artis Korea, yang letaknya nun jauh di sana, dengan budaya berbeda dan tentunya gaya yang jarang bisa ditemui di Indonesia. Walaupun ada, coba tengok apa respon cewek-cewek waktu dulu SMASH pertama kali muncul dengan gaya agak ke-Korea-korea-an. Saya belum pernah kenal sama cewek yang langsung suka sama mereka. Dulu sih kebanyakan orang-orang pada ketawa liat video klipnya. Secara objektif, eksekusi video klip nya memang tidak sebaik boyband Korea, but at least they tried, they've done something what they like.
Dari pengamatan saya, muncul pertanyaan. Adakah perbedaan antara cewek dan cowok ketika mereka mengidolakan seseorang yang merupakan lawan jenis atau kelompok preferensi seksual mereka? (Aku nulisnya begini karena siapa tahu dari pembaca ada yang LGBT) (Penting banget ini) (Yang jelas suka-suka saya ya, yang baca ya tinggal baca saja) (Hahaha)

Apakah itu salah satu manifestasi bahwa cowok-cowok memang lebih realistis? Menyukai apa yang bisa didekati, begitu.

Apakah itu berarti cewek-cewek lebih suka berkhayal? Saya sebagai cewek, meng-iya-kan banget pertanyaan barusan. Hahahaha


Halo, cewek-cewek.
Pernah membayangkan menikahi seseorang? Idola kita mungkin? Pernah membayangkan bagaimana kamu berkenalan dengan idola mu, padahal sangat kecil kemungkinan kalian untuk bertemu? Pernah membayangkan sampai senyum sendiri? Samapi mukamu memerah? Pernah kebawa mimpi? ;) *wink wink*

Tenang saja, kamu tidak sendirian. *bear hug*

Ada apa sih sama otaknya cewek-cewek? Ya, ini termasuk saya juga sih. Kenapa lebih suka sama yang jauh-jauh, padahal yang deket dengan kualitas personal baik ada di dekat kita? Kenapa suka nge-friendzone cowok-cowok tapi tetep berjuang untuk cari pacar? Kenapaaaaaa?? Jawaaaaab!!


:))

Boys VS Girls

by on June 19, 2014
Beberapa waktu belakangan, saya melihat beberapa teman lelaki nge-twit tentang idola mereka. Entah itu support atau komentar dari foto id...
Akhirnya saya melewatkan satu hari #SelapanNulis. Berarti saya harus nge-post tiga tulisan hari ini. Hhh. Okelah...

Tadi malam, saya mau curang. Karena saya lelah, niatan untuk menulis quote yang nggak mutu sudah terencanakan, tapi kemudian tulisan saya menjadi cukup panjang. Setelah separuh jalan menulis, tiba-tiba...

*pet!*

Lampu mati. Waktu itu saya belum sikat gigi, belum cuci muka, dan belum menunggah tulisan saya, saya memutuskan untuk langsung tidur. Tapi bayangan gigi yang terancam akan sakit dan berlubang dan perasaan tidak nyaman ketika bangun di keesokan harinya karena saya tidur tanpa sikat gigi dan cuci muka, saya memutuskan untuk tetap melakukan ritual malam seperti biasa. Hanya saja ini tidak biasa. Dengan perasaan deg-deg an karena gelap gulita dan tidak ada suara lain selain hujan dan angin, saya mencari-cari senter di dekat majic com, penanak nasi.

Saya punya hubungan yang rumit dengan meja tempat majic com. Pasalnya, majic com adalah benda yang saya temui setiap hari untuk mengambil nasi saat saya mau makan. Meja tersebut juga dekat dengan water dispenser, yang setiap hari saya hampiri lebih dari 5 kali. Jadi, mau nggak mau, saya pasti menghampiri meja tersebut. Yang saya nggak suka adalah...cicak. Sering kali saya menemui cicak di meja tersebut. Mereka mengintai dan mencari jika ada sisa nasi yang jatuh untuk mereka lahap. Bukannya saya nggak suka ngasih makan binatang liar, tapi saya gilo pol sama binatang melata yang satu itu. Hiii. Jadi setiap saya ketemu sama cicak di meja tersebut, saya mengusirnya dengan suara sok garang namun sebenarnya gilo.

Saya sudah malas dan kesal untuk ketemu cicak di setiap saya mau makan. Saya nggak mau sengaja meraba cicak yang mungkin sedang iseng nongkrong di gagang senter. Dengan setengah hati, saya membawa ipad untuk menerangi jalan saya... (terangilah jalan saya selalu, Ya Allah..amiin)

Saya menemukan senter dengan mudah. Nggak pake lama, saya bawa senter ke depan wastafel. Ternyata senternya nggak seterang harapan saya. Saya pun memposisikan senter sedemikian rupa sehingga sinarnya dapat lebih terpencar. Tapi saya gagal. Ya sudah, saya pasrah.

Jadi, saya berdiri di depan wastafel dengan cermin untuk sikat gigi. Sebelumnya, saya tolah-toleh untuk meyakinkan diri bahwa tidak ada makhluk apapun di sekitar saya, karena kadang-kadang saya menemukan tokek di dinding. Saya sudah cukup gilo dengan cicak, apalagi dengan versi yang lebih besar dan lebih berwarna. Hiii. Saya bisa benar-benar tercekat ketika kaget melihat tokek. Itu hanya satu makhluk yang saya lihat kadang-kadang. Belum makhluk yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Misalnya..... 'makhluk'.

Dengan menatap cermin, saya merasa kegiatan membersihkan mulut saya tersebut lebih optimal. Tapi dengan keadaan gelap dan hanya diterangi oleh cahaya senter, bayangan saya di cermin terlihat...creepy. Rambut saya yang nggak tersisir dan kantung mata hitam yang menggantung nampak lebih seram terkena terpaan sinar senter yang nyelorot tapi redup. Saya nggak takut dengan bayangan saya sendiri. Yang saya takutkan adalah bagaimana jika bayangan saya menjadi dua. Atau ada bayangan lain yang tiba-tiba muncul setelah sekian detik saya berpaling dari cermin.

Parno? Iya.

Sebenarnya saya belum pernah melihat penampakan, apapun bentuknya. Tapi yang tidak bisa kita lihat belum tentu tidak ada kan? Lagipula saya memang percaya bahwa hal-hal ghaib memang ada di sekitar saya. Beberapa orang yang saya kenal pun ada yang bisa melihat hal-al tersebut. Bagaimana kalau saya yang nggak pernah melihat tahu-tahu bisa melihat? Akankah saya kaget? Akankah saya takut? Atau saya sebenarnya bisa melihat tapi saya nggak mau melihat jadinya mereka nggak kelihatan?

Hahaha. Kayaknya saya sering banget menuliskan pertanyaan beruntut di setipa tulisan saya di sini.

Anyway.

Setelah gosok gigi dan cuci muka, saya kembali ke kamar saya.
Lalu tiba-tiba, listrik kembali menyala.

Cepat-cepat saya nyalakan netbook, berniat untuk kembali menuliskan apa yang tadi sempat terpotong. Sialnya, Speedy nggak mau nyambung. Entah kenapa. Ya sudah. Saya pasrah.

So, here I am, writing my first post for mbayar utang tulisan.



Next!

Tadi Malam

by on June 19, 2014
Akhirnya saya melewatkan satu hari #SelapanNulis. Berarti saya harus nge- post tiga tulisan hari ini. Hhh. Okelah... Tadi malam, saya...
Saat aku masih polos, aku tidak mengerti bagaimana seseorang dapat mengubah hatinya sebegitu cepat. Apakah hati memang bisa diubah? Atau kita terpaksa mengubah hati? Demi apa kita mengubah hati? Demi siapa?


Setelah bereksperimen dengan hatiku sendiri, kini aku paham. Hati tidak bisa diprediksi dengan mudah. Hati bisa dikelabui, tapi tidak bisa mengelabui. Katanya hati pintar memilih. Tapi aku tak pandai memilih. Apa aku tidak bisa mendengar hati? Apa hatiku tak berkata-kata?


Apa aku punya hati?


Changing Heart

by on June 17, 2014
Saat aku masih polos, aku tidak mengerti bagaimana seseorang dapat mengubah hatinya sebegitu cepat. Apakah hati memang bisa diubah? Atau k...
Senin biasanya menjadi hari pertama untuk kembali ke rutinitas. Nggak heran banyak yang 'benci' hari Senin karena rutinitas terasa menjenuhkan dan melelahkan. Rutinitas apa yang sedang kamu jalani? Man, saya kangen sama yang namanya rutinitas.

***

Waktu jaman sekolah dulu, saya nggak terlalu ingat apa saya membenci hari Senin atau tidak. Saya dulu suka upacara hari Senin. Saya suka kegiatan di luar kelas. Memang sih, kegiatan saya saat upacara hari Senin hanya berdiri dan mendengarkan, tapi saya suka melihat-lihat. Mata saya bisa jelalatan ke mana-mana, ke langit, ke pohon beringin di lapangan, ke atap sekolah yang usang, ke seragam-seragam guru atau murid yang bertugas, atau menunduk, melihat sepatu saya sendiri. Bagi saya, upacara hari Senin menjadi semacam latihan. Kalau saya kebosanan waktu upacara, saya akan lebih tertarik untuk menjalani pelajaran berikutnya. Semacam shock therapy biar sembuh dari santainya hari Minggu yang baru saja dilewati.

Hari yang pernah sempat saya benci adalah hari Rabu. Kenapa? Karena selain Rabu itu masih jauh dari weekend, waktu itu di hari Rabu saya ketemu sama orang yang nggak pengen saya temui. Karena di SMA saya dulu ada moving class, saat jam pelajaran berganti, semua kelas berdoyong-doyong untuk menuju kelas mata pelajaran berikutnya. Hanya di hari Rabu, saat saya kelas XI dan XII, saya sering papasan sama kelas yang satu ini, yang dihuni oleh salah satu orang yang membuat saya malu untuk hanya sekedar papasan. Ya, saya malu kalau ketemu dia. Sebelumnya saya pernah melakukan tindakan yang menurut saya alay maksimal, ngisin-ngisini, yang saya harap hanya saya, dia, dan Tuhan yang tahu. Hehehe

Hari favorit saya waktu SMP adalah hari Sabtu. Jelas. Hahaha. Jadwal SMP saya sangat padat, setiap hari pulang sekitar jam 2 siang. Belum ketika ada les tambahan, HW, dan lain-lain. Mata pelajaran yang lebih banyak dari sekolah negri membuat setiap hari terasa sesak. Saya menyukai hari Sabtu karena ada harapan bahwa keesokan harinya saya bisa beristirahat di rumah, tidur sampai siang, dan nonton tv sambil glundang-glundung.

Saat di bangku SMA, saya menyukai hari Jumat, walau kegiatan hari Jumat saya dari kelas X, XI, XII berbeda-beda.

Jumat di kelas X dulu adalah hari khusus ekstrakulikuler. Dari pagi sampai singa sekitar pukul 11, kegiatan murid kelas X adalah ekskul, baik yang wajib maupun yang pilihan. Nggak ada pelajaran sama sekali. Asik kan? :D Sayang banget sekarang sekolah saya nggak gitu lagi. Dulu saya mengambil ekskul jurnalistik. Ekskul wajibnya adalah pramuka dan english course. Pramuka diadakan di hari Rabu, dan english course di hari Jumat. Saat hari Jumat pun, perkumpulan rohis SMA saya mengadakan semacam diskusi khusus murid perempuan, yang berbeda tema tiap minggunya.

Di kelas XI saya tetap menyukai hari Jumat. Karena...besoknya adalah Sabtu dan habis Sabtu adalah Minggu yang mana kita libur :B

Di kelas XII, saya lupa apakah kelas tambahan (apa sih, istilahnya, aku lupa) dilaksanakan pada hari Jumat atau Sabtu, atau malah Jumat dan Sabtu? Ah, saya lupa.

Kalau sekarang, saya nggak ada hari favorit sih. Karena nggak ada rutinitas, saya melihat setiap hari sama saja. Hanya saja, salah satu serial favorit saya, Game of Thrones, bisa di-download pada hari Senin, jadi saya sedikit lebih menyukai hari Senin ketimbang hari lain. Tapiiiii Senin ini GoT sudah mencapai finale. Season ini sudah tamat. Jadi...saya rasa Senin minggu depan tidak akan semenarik ini lagi.

***

Senin adalah awalan hari-hari yang mengikuti. Katanya, kalau kita semangat di hari Senin, kita bisa semangat juga selama seminggu penuh. Saya melihat Senin sebagai harapan baru untuk bisa memulai rutinitas baru yang menjadikan saya orang yang lebih baik. Ya...sebenarnya nggak harus hari Senin juga. Hari apa saja bisa menjadi suatu langkah baru menuju kehidupan yang kita inginkan.

Ah, saya mulai melantur.

Hey, kamu. Jangan benci hari Senin ya? 'Hate' is a strong word. Katanya juga nih, kalau kamu membenci hari Senin, sebenarnya yang kamu benci adalah rutinitasmu, yang mana sebenarnya bisa kamu pilih sendiri bagaimana cara menghadapinya.

Besok sudah Selasa. Kamu harus semangat! Mari kita bersulang untuk hari esok, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, dan kembali ke Senin lagi!

THAT Particular Day

by on June 16, 2014
Senin biasanya menjadi hari pertama untuk kembali ke rutinitas. Nggak heran banyak yang 'benci' hari Senin karena rutinitas terasa...
Kita di depan Psikomedia-LM
 Hwaaa, aku kangen lendot-lendot waktu rapat :')

























 
Apapun yang membuatmu bahagia, aku ikut bahagia.

Semoga kalian lebih ayem, lebih kuat, dan tetap berada di lindungan Allah SWT dalam menjalani petualangan hidup di masa sekarang dan masa depan. Semoga dengan berdua, sebagai tim, sebagai pasangan, dan sebagai ayah-ibu yang membesarkan anak-anak sholeh/sholehah, kalian bisa menjalin mimpi, menjalani cita-cita, dan berbagi kebahagiaan yang abadi.
Amiin.

Selamat berbahagia! :)


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini tadinya berisi curhatan saya yang panjang, tentang bagaimana saya sedih, egois, dan bla bla bla bla bla bla bla.
Tapi setelah selesai nulis, saya sadar.
Itu nggak penting.
Yang penting ternyata cuma paragraf yang di atas itu.
Hehehe :)

Btw, maaf fotonya blur dan gelap. Cuma itu foto berdua kita, hahaha
Walau nggak ngelihat langsung, aku yakin kamu kemarin kelihatan cantik sekali,
secantik waktu kita sering bertemu dulu.
Semoga sehat selalu ya.
:)
Betapa alaynya saya yang dulu. Tulisan SMS yang L-nya besar dan foto selfie dari kemiringan entah berapa derajat  menghiasi masa SMP-SMA saya. Sekarang? Tulisan saya di SMS sudah normal. Foto selfie masih tetep hahaha, ya nggak miring-miring juga, tapi masih sering foto-foto diri sendiri. Kalau kelakuan? Hmm kadang saya masih norak dan nggumunan :))

Saya pikir teman-teman saya semuanya pernah melalui masa-masa seperti itu. Alay. Udahlah, nggak usah denial. Coba sana cek memory hape atau foto-foto lamanya :))

Jujur, saya baru mendengar istilah 'alay' itu mungkin waktu awal-awal kuliah. Bisa dibilang istilah alay itu lagi nge-trend waktu saya udah nggak alay lagi. Entah apakah itu hanya timing belaka atau sebenarnya karena saya sudah nggak alay lagi maka saya aware dengan istilah itu.

Sebenarnya alay itu apa sih?

Ada yang bilang alay itu yang gayanya kampungan, norak, dan terlalu ngoyo biar dibilang gaul. Ada yang bilang seseorang itu alay karena dia salah persepsi tentang 'gaul'. Katanya sih, semua orang pernah alay. Semua orang pasti pernah ngoyo atau berusaha terlalu keras untuk diterima di lingkungannya dan kata sifat 'gaul' mungkin emang beda-beda bagi setiap orang. Mungkin memang benar semua orang pernah alay. Mungkin alay itu adalah salah satu tahap perkembangan manusia #teoringawur.

Saya jadi ingat, seorang guru Bahasa Indonesia saya di SMP pernah memberikan soal mencongak. Kami disuruh menuliskan kalimat yang beliau ucapkan, tepatnya soalnya bagaimana saya lupa. Penulisannya harus benar. Tanda bacanya harus benar. Setelah selesai mengerjakan, kami diminta untuk mengoreksi pekerjaan teman. Kebetulan saya mendapatkan pekerjaan salah seorang teman yang huruf 'r' selalu ia tulis dengan 'R'. Akhirnya, setiap nomor yang kalimatnya mengandung huruf 'r', saya salahkan. Saya lalu tidak terlalu memperhatikan pembahasan jawaban yang benar karena saya tinggal melihat apakah ada huruf 'R' yang menyalahi aturan huruf kapital. Kalau ada ya saya salahkan. Nggak peduli jawabannya benar atau tidak, karena guru saya yang mewajibkan tulisannya harus benar. Hasilnya, hanya 1-2 nomor saja yang dibenarkan.

Waktu itu saya nggak paham, kenapa sih dia nulis 'R' daripada 'r'? Oke lah, kalau secara artistik, 'R' itu terlihat lebih keren daripada 'r'. Oke lah, kalau di SMS. Tapi kalau pas ngerjain tugas sekolah? Tugas Bahasa Indonesia lagi. Saya kalau nulis 'l' kadang juga 'L' tapi itu pas SMS doang karena di hape jadul 'l' dan 'I' kelihatan sama. Tapi saya nggak gitu-gitu amat, sampe kebawa waktu ngerjain tugas.

Setelah bertahun-tahun kemudia, saya mikir, apakah itu ada kaitannya dengan atribut diri yang telah melekat menjadi salah satu perwakilan identitas? Jadi, nggak terlalu peduli mau main-main atau serius, kalau nulis 'r' dia tetep nulis 'R', secara sadar maupun tidak, nggak peduli dalam situasi akademis maupun tidak. Karena itulah dia yang sebenarnya. (Lebay ya? Oke.)

Karena saya sudah nggak alay lagi secara tulisan, saya pikir teman-teman seumuran saya sudah nggak ada yang alay lagi. Kita kan sudah dewasa. Sudah tahu lah, gimana cara nulis yang baik dan benar.

Tapi.

Tadi.

Saya buka Facebook.

Ternyata teman seangkatan saya, masih nulis di status dengan huruf besar-kecil yang tidak sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Ternyata masih ada lho.

Apa alay hanya milik remaja saja? Mungkin tidak.

Lalu saya mikir lagi. Ada nggak ya, kaitannya mempertahankan gaya kepenulisan pada umur SMP-SMA dengan kesulitan untuk move on pada dewasa?



Hahaha. You know what I meant?

No?

Okay :|

ALaY

by on June 14, 2014
Betapa alaynya saya yang dulu. Tulisan SMS yang L-nya besar dan foto selfie dari kemiringan entah berapa derajat  menghiasi masa SMP-SMA ...
Barusan, saya bersama Mama dan kakak cewek saya nonton sinetron. Kalau nggak salah judulnya Catatan Hati Seorang Istri. Ceritanya cukup menarik, tentang kehidupan beberapa pasangan suami istri yang tetanggaan. Menurut saya sinetron ini lumayan. Banyak detail yang diperhatikan, seperti foto nikah yang niat atau mobil yang memang terlihat sedang bergerak. Walaupun fotonya mungkin editan, tapi kelihatan kalau ngeditnya niat, kelihatan asli. Saya pernah nonton sinetron tentang ABG, saat salah satu aktor nya nunjukkin foto, foto tersebut kelihatan palsu banget.

Saya memang rewel kalau disuruh nonton sinetron Indonesia. Rasanya nggak bisa nggak komentar. Agak susah bagi saya untuk terus ngikutin sinetron Indonesia. Kadang ceritanya seperti dipaksakan, kadang nggak nyaman dengan backsound yang sangat nggak nyambung, kadang logika nya nggak jalan, kebanyakan 'mbatin', efek yang kurang nyata atau kurang niat, dan lain sebagainya.

Paling gregetan kalau liat sinetron yang pasarnya adalah remaja. Saya nggak tahu, apa memang di Jakarta sekolahannya kayak gitu. Apa benar murid-murid cewek di Jakarta sana kalau ke sekolah rambutnya kayak habis dari salon? Terus ke sekolah dengan dandan full make up?

***

Beberapa saat yang lalu, muncul artikel-artikel mengenai sinetron yang tidak layak tayang di televisi. Di situ terpampang pula alasan-alasan mengapa sinetron-sinetron tersebut tidak layak tayang. Maaf nggak bisa ngasih link karena saya lupa baca di mana, terus saya googling kok nggak ketemu.

Ada beberapa alasan yang saya ingat, diantaranya karena adanya adegan memukul, bullying, berciuman, dan percapakan mengenai aborsi. Alasan tersebut dikhawatirkan akan merusak moral remaja yang menontonnya.

Saya kaget. Menurut saya bukan alasan-alasan itu yang salah, tapi eksekusinya, plotnya, mungkin naskahnya yang salah.

Cerita mengenai bullying yang terjadi di sekolah menurut saya itu bagus sekali untuk dijadikan salah satu inti cerita di sinetron. Mengapa? Karena itu memang terjadi. Saya dulu sempat menyaksikan bagaimana bullying terjadi di sekolah saya. Permasalahannya, banyak sinetron yang gagal menyampaikan pesan kepada penontonnya dengan apik. Dari tema bullying, banyak pesan yang bisa disampaikan. Misalnya, bagaimana korban bullying tetap bertahan karena dia memang tidak salah apa-apa, bagaimana dia tetap berprestasi, dan bagaimana dia menemukan teman-teman yang tetap mendukungnya walaupun ada beberapa orang yang tidak suka kepadanya. Lalu di pihak bullies juga ada cerita yang bisa dikembangkan lagi. Bullies (orang yang nge-bully) tidak selamanya jahat. Bisa saja selanjutnya dia sadar bahwa perbuatannya buruk, dia juga punya masalah yang membuat dia berbuat seperti itu, mungkin nantinya dia bisa yang gantian jadi korban, lalu dia meminta maaf dan bisa berteman dengan korban bullying. Nggak cuma itu, dilihat dari sudut pandang guru BK (Bimbingan Konseling) yang menghadapi murid-murid ini misalnya. Ah, masih banyak pesan moral yang bisa disampaikan dari tema ini kalau eksekusinya bagus.

Lalu tentang aborsi. Itu juga bisa dikemas menjadi apik. Dengan perkacapan yang pesannya jelas, misalnya. Remaja bisa belajar tanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, tanggung jawab atas tubuhnya sendiri, dan tanggung jawab atas keputusannya sendiri. Sanksi sosial jelas ada, itu juga bisa disampaikan. Nah, kalau saja ini dikemas dengan anggun dan pintar, pesan moralnya pun akan bisa dicerna oleh penonton.

Kebanyakan reaksi dari sinetron yang sekarang beredar adalah masyarakat ingin tayangan yang mendidik. Sinetron yang mendidik. Yang mendidik itu yang seperti apa? Apakah perbuatan yang baik-baik saja yang ditayangkan? Padahal, menuju baik itu sendiri butuh proses, maka proses lah yang lebih penting untuk ditekankan. Di kehidupan nyata pun akan ditemui perbuatan-perbuatan tercela. Sinetron bisa menjadi cerminan kehidupan nyata yang menjadi media pembelajaran.

Tentang karakter, saya perhatikan, kebanyakan sinetron Indonesia itu terlalu kaku. Kurang fleksibel dalam pengembangan karakternya. Terlalu hitam-putih. Kayaknya kalau dari awal itu baik ya bakal baiiiik terus. Yang jahat bakalan jahaaaat terus dan nggak tobat-tobat. Menurut saya itu kurang manusiawi. Masak dari episode 1 sampai episode 200-sekian karakternya gitu-gitu aja. Nggak berkembang. Padahal pengembangan karakter ini bisa menyampaikan pesan moral yang bagus. Misalnya yang tadinya jahat, lama-kelamaan jadi baik. Yang kelihatan sabaaaar banget ternyata juga bisa marah. Lebih manusiawi kan? Ya pintar-pintarnya yang bikin cerita mau gimana prosesnya. 

Tanpa sadar, saya membandingkan dengan serial barat favorit saya, Glee. Ada yang pernah nonton Glee? Itu bagus lho. Mereka bisa menyampaikan pesan yang terasa dekat dengan pasarnya, yaitu remaja. Isu-isu yang dibawakan juga berkaitan, tentang naksir-naksiran, krisis identitas, bullying, seks, prestasi di sekolah, juga keluarga. Banyak isu yang cukup ekstrim kalau dinilai dari kacamata budaya Indonesia, misalnya tentang preferensi seksual. Saya nggak berniat untuk membandingkan kebudayan yang diusung, karena memang berbeda. Tapi bukan berarti di barat nggak ada yang namanya penolakan sosial. Di serial ini, pesan moral mengenai menjadi diri sendiri dan lain sebagainya, semuanya cukup tersampaikan dengan apik.

Karena saya kurang suka sinetron Indonesia, saya jarang nonton. Tapi kalau ada sinetron baru, saya sempatkan diri untuk nonton sebentar, siapa tahu bagus. Hasilnya keseringan kecewa hahaha. Tapi saya tetap berharap, semoga sinetron di Indonesia semakin bagus lagi. Saya sering nonton series barat, pengen sekali-kali nonton series nya Indonesia, tapi kok...belum nemu yang bagus. Hehehe.
Pernah lihat ke cermin dan senyum-senyum sendiri?

Kalau nggak pernah, coba kamu lakukan. Saat pagi hari, kamu terbangun, langsung cuci muka, liat cermin. Lalu tersenyumlah.

Awali pagi dengan senyum indahmu dan dunia pun akan tersenyum kembali kepadamu. Kamu cantik. Kamu keren. You are awesome! Conquer the day! :D
 

Mantra Percaya Diri

by on June 12, 2014
Pernah lihat ke cermin dan senyum-senyum sendiri? Kalau nggak pernah, coba kamu lakukan. Saat pagi hari, kamu terbangun, langsung cuci mu...

Saya meneteskan air mata siang tadi. Menangis terharu, seperti ketika saya sedang nonton film The Help. Tapi ini bukan sekedar film. Ini nyata terpampang di hadapan saya. Saya melihat hubungan ibu dengan anaknya yang terpisah jauh, yang beberapa bulan belakangan sedang mengenal dan mengajari satu sama lain. Saya nggak percaya sebelumnya bahwa adik saya yang manis ini bisa begitu dewasa dalam menghadapi permasalahan hidupnya yang pelik. Setelah pertemuan dengan Mama-nya, kami bertiga berpelukan. Saya, adik saya yang cantik, dan adik saya yang manis. 

Setelah tertawa karena malu dilihatin orang lain, kami menyudahi acara peluk-pelukan yang penuh haru. Kami pun berjalan keluar, menuju tempat parkir di mana motor kami berada.

Entah sebelumnya kami membicarakan apa, tapi tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang membuatku khawatir.

“Besok bisa-bisa aku jadi kayak Mama,”

Dia berkata demikian dengan santainya. Perkataan itu membuat saya ingin memeluknya lagi dan menyuruhnya agar jangan bicara yang tidak-tidak. Mungkin memang ada kekhawatiran terlintas di benaknya, tapi saya yakin dia tidak serius.

“Enggak wis, nggak gitu, kan kamu udah..”

“Udah apa mbak?”

“Udah tahu, hehe”

Bukan itu sebenarnya yang ingin saya sampaikan kepadanya. Saat saya ingin membuka mulut saya lagi, kami bertiga telah siap untuk berkendara ke tujuan berikutnya. Saya pun mengikuti motor yang mereka kendara. Dalam perjalanan, saya menyusun kata-kata yang sebenarnya ingin saya sampaikan.

“Dulu mungkin Mama nggak punya siapa-siapa. Sekarang Mama punya kamu. Dan kamu, kamu punya kita. Kamu yang menjaga Mama dengan baik-baik dan kami yang akan menjagamu.”

Menjagamu

by on June 11, 2014
Saya meneteskan air mata siang tadi. Menangis terharu, seperti ketika saya sedang nonton film The Help. Tapi ini bukan sekedar film. In...