Saat-saat ketika beristirahat dari menulis adalah berjalan kaki ditemani pohon-pohon dan lampu-lampu sekitar GSP.


 I'm a shitty writer.


Singkatnya sih, begitu. 


Kontemplasi itu berlangsung selama 5 menit pada pukul 1 dini hari. Di atas tempat tidur. Ditemani Mas-mas ganteng yang ndlosor di lantai sambil pegang raket. Entah dia lagi foto-foto raketnya atau lagi ganti grip. Aku memilih tiduran terlentang sambil liat langit-langit.

Pinggangku pegal. Kantong mataku sedikit membengkak. Jantungku berdegup lebih keras dari biasanya and I hate it. Rasanya aku pengen membawa jantungku threadmill-an langsung speed 7  tanpa pemanasan atau bonceng Mas-mas ganteng motoran 140km/jam di Jl. Raya Solo karena INI KAN YANG KAMU INGINKAN????!!!

Hhh.

Aku cuman bisa tiduran terlentang di atas kasur. Pinggangku pegal. Kantong mataku sedikit membengkak.


Kenapa begini lagi ya? Emangnya apa yang beda dari yang dulu-dulu itu? Beberapa baris poin langsung bermunculan. Oh iya ding, emang beda sih.


"Kamu mungkin penulis yang pake passion," komentar Mas-mas ganteng.

"Emosional iya, kalau passion aku nggak yakin," kataku.


Napas ditarik dalam. Napas dihembuskan.

Baiklah.

Aku akui kemampuanku hanya sampai batas ini. Mulai aku relakan bahwa ini bukan untukku. Ada yang lain. Masih ada yang lain. Kemampuanku yang sekarang bukan untuk melakukan ini, tapi yang lain.

Ya sudah.

Sudah terlalu malam. Sudah masuk pagi, malahan. Kepalaku sudah terasa semakin ringan. Untungnya, jari-jariku ikut-ikutan. Mereka bisa tidur nanti sehabis Subuh-an.


It's fine, it's okay.

I'm a shitty writer and it's my time to let it go.

(Jogja, 31 Juli 2021)

Lewat Tenggat Waktu

by on August 03, 2021
Saat-saat ketika beristirahat dari menulis adalah berjalan kaki ditemani pohon-pohon dan lampu-lampu sekitar GSP.  I'm a shitty writer. ...