Seharusnya Aku Memelukmu Lebih Lama

source : here

Kita tidak pernah bertukar kabar. Bertemu pun, itu hanya kebetulan semata. Walaupun aku percaya kebetulan itu adalah takdir sederhana, aku rasa kamu tidak tertarik dengan obsesiku terhadap romantisme dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kamu menggilainya ketika teman-temanmu yang menyatakannya, tapi tidak jika itu keluar dari mulutku. Tidak masalah. Kita tidak mengenal satu sama lain sedalam itu, aku mengerti.

Ketahuilah bahwa sebesar apapun simpati yang aku tunjukkan, itu masih tidak sebesar emosi yang aku rasakan terhadapmu ketika aku sendirian. Aku berusaha untuk memahami perlakuan apa yang kamu inginkan dariku yang bukan siapa-siapa ini dan walaupun aku bukan siapa-siapa aku ingin kamu tahu bahwa aku yang bukan siapa-siapa ini dengan tulus menginginkan kamu merasakan bahagia.

Aku hanya memelukmu sepersekian detik karena aku ragu.

Tidak semua orang nyaman dengan sentuhan, terlebih jika banyak orang di sekitarnya. Data-data dari penelitian yang aku baca kebanyakan ber-subjek orang non Indonesia, berpelukan di depan umum tidak sewajar itu dilakukan di sini. Selalu ada orang yang mengawasi orang lain dengan perhatian melebihi batas privasi. Seringnya, aku tidak peduli, jadi aku lakukan saja. Tapi kamu, mungkin, dan aku menghormati jalan pikirmu.

Aku tidak memelukmu seperti seharusnya.

Seharusnya aku memelukmu saat kamu bercerita. Seharusnya aku memelukmu saat aku lihat kilau air mengintip dari sudut matamu. Seharusnya aku memelukmu saat aku melihat kekosongan di wajahmu, di ragamu, di hatimu. Seharusnya aku memelukmu saat aku tahu kamu merasakan perih di dalam dada namun kamu mengangguk mengirimkan tanda bahwa kamu baik-baik saja. Seharusnya aku memelukmu saat aku tahu kamu membutuhkan seseorang untuk bersandar, tapi-

Tapi jelas bukan aku yang kamu inginkan untuk memelukmu seerat mungkin sehingga segala sedih dan lelah menguap keluar dari setiap sela tubuhmu sehingga barang sebentar saja kamu bisa beristirahat tanpa mengkhawatirkan setitik pun isi dunia.

Alih-alih, aku memelukmu di awal perjumpaan takdir sederhana, diiringi senyum menanyakan kabar dan basa-basi yang menyertainya.

Tentu saja aku ingin mendengarkan segalanya tapi tampaknya bukan telingaku yang kamu butuhkan. Aku mengerti jika kamu mengatakan membutuhkan siapapun dan aku mengajukan diri, kamu pun akan berpikir dua kali. Tapi ini semua hanya spekulasi karena kamu tidak pernah mengatakan apapun dan pertanyaanku mungkin akan menjadi beban. Perlu kamu tahu, kamu bukan beban bagiku. Aku tidak melihatmu sebagai sosok yang lemah. Kamu tidak pernah meminta apapun dariku.  Aku memelukmu karena aku mau.

Maka, aku memelukmu untuk diriku sendiri.....
..
..
..
..
..
....yang diam-diam menginginkan hal yang sama.

4 comments: