Lies and Empty Promises


Seandainya aku adalah Pinokio. Oke, mungkin aku akan membenci hidungku yang memanjang setiap kali aku berbohong karena tampilanku nggak akan elok, tapi setidaknya aku jadi berhati-hati saat mengatakan sesuatu. Setidaknya aku langsung mendapatkan ganjaran setiap kali aku berdusta sehingga aku lebih menghindarinya. Sama seperti kata 'janji' yang aku ucapkan tapi tidak aku tepati. Sama kan? Intinya berbohong.

Apapun, sebenarnya. Entah hidung memanjang seperti Pinokio, kepala yang tiba-tiba pusing, dengingan di telinga, pipi yang tiba-tiba gatal, atau tangis tiba-tiba yang tak terkendali.
 
Atau perasaan bersalah.

When you're so good at lying so that you don't even realize that you're only lying to yourself. You fool yourself, not others. And you feel only nothing because you've done it so many damned time before.
 
And you're just there, existing, somewhere on earth, with nothing to believe in and begging to God, screaming without voices, you want to feel guilty once again, you want to stop.

I wish I could stop.

I want to stop.
Tuhan mendengar doa kita, kalau kita percaya. Semoga Dia mengabulkannya pula.

No comments:

Post a Comment