Arti Sebuah Nama

"Kenapa pake H? Kan jadinya Dihita. Hey, Dihita! Dihita"

Dhita sebal. Sebal sama seorang paman tetangga yang sering mengajaknya bercanda dengan mengolok-olok namanya. Kenapa sih orang dewasa suka menggoda anak kecil? Dikata anak kecil nggak punya perasaan?

Nama lengkapnya adalah Arnindhita Lei Sugiarto. D-nya pake H. Begitu yang tertulis di akte kelahirannya, begitu pula yang selalu dikatakannya ketika ditanya namanya. Kata Papa nya, DH adalah ejaan dalam Bahasa Jawa yang cara bacanya adalah melafalkan huruh D dengan mantap, dengan lidah dihentakan dari langit-langit mulut. Sedangkan dalah Bahasa Jawa, D tanpa H dilafalkan dengan lidah dihentakan di gigi.

(Leres mboten, dek Amenk? Hihihi)

Dhita mencoba untuk menjelaskannya kepada paman tersebut, tapi tetap saja paman itu terus memanggilnya 'Dihita'. Tentu itu membuat Dhita kesal.

Tidak hanya itu saja yang membuat Dhita kurang menyukai namanya. Teman-temannya memiliki nama-nama yang indah, yang memiliki arti. Seperti Sekar, yang berarti bunga. Ika, yang berarti pertama karena dia anak pertama. Sedangkan namanya, tidak ada artinya. Ada temannya yang di sekolah dipanggil Dita, lengkapnya Anindita, yang berarti sempurna atau unggul. Kalau Arnindhita? Kenapa harus menyisipkan huruf R dan H di antaranya?

Tidak ada yang bsia menjawab pertanyaan Dhita tentang namanya. Saat bertanya kepada kakaknya pun, malah dijawab

"Masih mending Arnindhita. Tadinya kamu mau dinamain Arnindhito lho."

Hee?

Karena nama Dhita tidak ada artinya, nggak jelas, dan sering diolok-olok paman tetangga yang menyebalkan, Dhita juga sempat berpikir akan mengganti namanya. Ia bersikeras mengganti namanya menjadi....Dea Ananda.

Iya, Dea Ananda. Nama yang sama dengan penyanyi idolanya itu. Dhita berpikir, Dea Ananda pastilah nama yang bagus. Dia cantik. Dia bisa bernyanyi. Terlebih lagi dia terkenal di mana-mana. Siapa anak kecil pada jaman itu yang nggak kenal Dea Ananda? Dengan mengganti nama menjadi Dea Ananda, dia nggak akan diolok-olok lagi.

"Pokoknya aku nggak mau namanya Dhita, maunya Dea Ananda!!"

***

Anak-anak sangat mudah untuk terdistraksi oleh lingkungan sekitar. Anak-anak sering menghampiri sesuatu yang baru dengan seketika dan langsung melupakan apa yang sedang dia lakukan sebelumnya. Sama seperti Dhita. Tidak lama, protesnya kepada orang tua yang memberikan nama tanpa arti yang jelas ia lupakan. Ia terbiasa dipanggil Dhita dan itulah yang melekat di dirinya. Ia pun tidak pernah lagi berpikir untuk mengganti namanya menjadi Dea Ananda. Bahkan setelah itu ia berpikir bahwa idenya sangat bodoh dan konyol.

Saat itu Dhita tidak tahu bahwa ia akan mencintai nama lengkapnya ketika beranjak dewasa. Saat itu ia memang menganggap nama harus mempunyai arti, entah arti dalam Bahasa Jawa, Bahasa Yunani, atau bahasa apapun tapi ia belum tahu bahwa dia sendirilah yang akan memberi arti pada namanya sendiri. Sesuka dia, sebebas dia, dengan apa yang dia lihat di dalam dirinya sendiri.

Saat ia tahu, ia akan mencintai namanya seperti ia mencintai dirinya sendiri dan tidak akan sudi untuk menggantinya walau satu huruf saja.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah ini 99% nyata.
Sekarang , kecintaan terhadap nama saya sudah sedikit dibawah tahap narcissistic hahaha.
Apalagi di era jejaring sosial begini, nama depan saya sering available kalau saya jadikan username.
 :))

4 comments:

  1. hahaha... sama seperti aku dhit, aku nggak suka nama tengahku, waktu kecil namaku sering dijadikan bahan olok - olok. ketika dewasa, saat berhubungan dengan administrasi - birokrasi, selalu menyusahkan petugas buat menulisnya, harus membantu mengeja, maklum masih ejaan lama T-E-D-J-A.

    dulu aku nggak suka namaku karena terdengar seperti nama cowok, ingin sekali ganti dengan nama yg lebih feminin seperti 'Ayu', 'Dyah', atau 'Reina'. Namun setelah dewasa aku mulai suka namaku, bahkan nama tengahku kujadikan panggilan akrab buat teman teman dekatku di kampus.

    mungkin benar ya, menyukai nama diri seaneh apapun itu adalah bagian dari mencintai dan menerima diri sendiri :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, setelah dewasa, udah bisa mikir, udah nggak masalah sama nama apapun yang diberikan ke kita. Atau malah jadi suka banget, sampe mikir nama yang dulu kita bilang aneh sekarang kita bilang keren :))

      Delete
  2. Kenapa suka dea ananda?? Hehe,

    Tp btw surayah kae bagus namanya jg malah dijuluki surti 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Soale dipanggil "Sur...Sur..." jadi Surti deh wkwkw

      Soale Dea Ananda adalah idolakkk

      Delete