Menjagamu


Saya meneteskan air mata siang tadi. Menangis terharu, seperti ketika saya sedang nonton film The Help. Tapi ini bukan sekedar film. Ini nyata terpampang di hadapan saya. Saya melihat hubungan ibu dengan anaknya yang terpisah jauh, yang beberapa bulan belakangan sedang mengenal dan mengajari satu sama lain. Saya nggak percaya sebelumnya bahwa adik saya yang manis ini bisa begitu dewasa dalam menghadapi permasalahan hidupnya yang pelik. Setelah pertemuan dengan Mama-nya, kami bertiga berpelukan. Saya, adik saya yang cantik, dan adik saya yang manis. 

Setelah tertawa karena malu dilihatin orang lain, kami menyudahi acara peluk-pelukan yang penuh haru. Kami pun berjalan keluar, menuju tempat parkir di mana motor kami berada.

Entah sebelumnya kami membicarakan apa, tapi tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang membuatku khawatir.

“Besok bisa-bisa aku jadi kayak Mama,”

Dia berkata demikian dengan santainya. Perkataan itu membuat saya ingin memeluknya lagi dan menyuruhnya agar jangan bicara yang tidak-tidak. Mungkin memang ada kekhawatiran terlintas di benaknya, tapi saya yakin dia tidak serius.

“Enggak wis, nggak gitu, kan kamu udah..”

“Udah apa mbak?”

“Udah tahu, hehe”

Bukan itu sebenarnya yang ingin saya sampaikan kepadanya. Saat saya ingin membuka mulut saya lagi, kami bertiga telah siap untuk berkendara ke tujuan berikutnya. Saya pun mengikuti motor yang mereka kendara. Dalam perjalanan, saya menyusun kata-kata yang sebenarnya ingin saya sampaikan.

“Dulu mungkin Mama nggak punya siapa-siapa. Sekarang Mama punya kamu. Dan kamu, kamu punya kita. Kamu yang menjaga Mama dengan baik-baik dan kami yang akan menjagamu.”

2 comments: