Sudah Ibu Atau Masih Mbak?

Kadang bete juga dipanggil 'ibu' sama mas-mas yang nggak kenal. Ya iya lah, kalau kenal saya, dia nggak bakal manggil 'Bu' :p. Dulu saya pernah keki abis ketika ada mahasiswa semester awal manggil saya 'Ibu' pas saya jaga Lir. Perasaan muka saya belum kelihatan tua. Tapi waktu itu saya memang lagi capek banget, ditambah bete, jadi ya...mungkin muka saya seperti nenek sihir.

Terus waktu ngurus perpanjangan SIM beberapa waktu yang lalu, bapak-bapak yang ngurusin administrasinya juga memanggil saya 'Bu'. Begini ceritanya.

Waktu kloter saya antri, karena nggak kebagian kursi saya malah jajan J.Co di lantai bawah. 40 menit kemudian, saya balik ke SIM Corner. Eh, pas nomor saya dipanggil dan menuju salah satu booth, ternyata yang dipanggil barusan bukan nomor urutan formulir, tapi nomor baru yang dipakai untuk membayar biaya pembuatan SIM. Membingungkan memang. Mbok dikasih kode gitu. Yang kecele  dan bingung akan dua nomor ini bukan hanya saya saja lho.
Oke, kembali ke cerita.

Walaupun kecele, saya pede aja menghampiri bapak-bapak dengan meja yang berisi tumpukan formulir. Waktu menanyakan nasib saya (nasib bikin SIM maksudnya), saya ditegur sama bapak tersebut. 

"Ini sudah dipanggil dari tadi lho, Bu.", kata bapak tersebut sambil bermuka agak sebal.

"Maaf pak, tadi lama, saya nggak dapet kursi terus saya ke sana sebentar", kata saya sedikit membela diri.

"Saudah saya panggil berapa kali ini, tapi tadi nggak ada,"

Lalu bapak tersebut menanyakan beberapa informasi yang diperlukan dengan masih meng-ibu-kan saya. Sampailah bapak tersebut membaca tanggal lahir saya...

"Sudah Ibu atau masih Mbak ini?", tanya bapak tersebut.

Dengan cengengesan, saya menjawab, "Ya, masih 'mbak', pak, hehe.."

"Oooh masih mbak, tho! Ya nyuwun ngapunten saya ndak tahu", katanya sambil senyum-senyum.

Saya sih, ikut senyum-senyum aja. Ngerasa bersalah juga tadi telat. Udah ah, senyum-senyum aja biar bapaknya nggak bete. Hahaha

Mungkin karena postur saya atau dandanan saya ya. Kebetulan waktu itu saya dandan cewek, pake kerudung bunga-bunga, pake tas cewek, pake sepatu wedges juga. Kalau saya pake sepatu olahraga kesayangan saya (yang namanya Robins, kapan-kapan saya kenalin haha), rasanya saya nggak pernah dipanggil 'Ibu'. Apa benar ini semua gara-gara sepatu? Ah, nggak juga sih. Saya pake sandal jepit yang unisex juga pernah dipanggil 'Bu'. Berarti ini nasib saya. Hahaha

Sekarang saya senyum-senyum aja ah, kalau dipanggil 'Ibu'. Mau dipanggil mbak, tante, ibu, budhe, yang penting cantik hahahaha :p

Sesungguhnya, dipanggil ‘ibu’ itu adalah pujian ya. Pujian karena terlihat keibuan. 

Keibuan : bersifat seperti Ibu.

Berarti saya keibuan. Dulu waktu piknik sama teman-teman, saya dibilang keibuan karena saya yang bawa nasi, bawa termos minum, terus saya yang mbagi-mbagi nasi. Sakjane karena saya mikir makan terus sih terus udah laper hahahaha

Saya majang foto nggendong anak kacil ah, biar kalian yakin bahwa saya keibuan.

Ini sama keponakan yang nomor dua. Imut-imut ya? :D


Ibu itu ya, segalak-galaknya Ibu, mau marah-marah, ngomel-ngomel yang kayak gimana, itu karena sayang. Sama kayak saya. Kalau kamu saya galakin, itu tandanya saya sayang kamu :))

4 comments:

  1. Haha! Aku juga sering disapa dengan kata 'Ibu'. Beberapa waktu lalu ada temen cowok yang curhat, kok sering dipanggil 'pak' apakah dia terlihat tua padahal seumuranku. Njuk aku bilang, aku juga gitu, lalu kami sama-sama analisis dan simpulkan bahwa postur tubuh kami lah penyebabnya :D njuk ngakak :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketoke bener kuwi, postur tubuh ya. Hahahaa :))

      Delete
  2. Aku belum pernah digalakin. Kamu gak sayang sama aku ya? :(
    Ponakanmu kok rupone koyo aku pas bayi yo. Pipine kui loh >.>

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masak sih? Coba inget-inget lagi wkwkw
      Itu kayak mochi, bukan pipi >.<

      Delete